Kamis, 02 Mei 2024

Yuk Kita Ajarkan Anak Menyebutkan Fungsi Benda di Sekitarnya

Anak bersama ibunya. Ilustrasi foto: nakita.grid.id

Di dalam dunia yang dipenuhi dengan warna-warni dan keajaiban, anak-anak adalah penjelajah alami yang penuh dengan keingintahuan. Setiap benda yang mereka temui adalah petualangan baru, tetapi bagaimana mereka menyebutnya? Apakah mereka melihat hanya sekadar objek, ataukah mereka memahami fungsi dan tujuan di balik setiap bentuk dan ukuran?

Mengajarkan anak-anak untuk menyebut benda sesuai fungsinya adalah lebih dari sekadar mengajari kosakata. Ini adalah pintu masuk mereka menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar mereka. Ketika mereka belajar bahwa pisau digunakan untuk memotong, sendok untuk mengaduk, dan buku untuk membaca, mereka tidak hanya mengasah kemampuan berbahasa mereka, tetapi juga membuka pintu menuju pemahaman konsep yang lebih dalam. Mungkin terdenga sederhana, namun pentingnya mengajarkan anak untuk menggunakan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan benda di sekitar tidak bisa diabaikan. Dalam hal ini yang dibangun tidak hanya penambahan kosa kata tapi juga tentang membangun pemahaman konsep menddasar dan memperkuat koneksi antar bahasa dan pengalaman sehari-hari.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri pentingnya mengajarkan anak-anak untuk menggunakan bahasa fungsional, serta bagaimana langkah sederhana ini dapat membuka jendela yang luas bagi eksplorasi, pemahaman, dan koneksi mereka dengan dunia di sekitar. Dengan kemampuan mendeskripsikan benda mulai dari menyebutkan nama benda dan fungsinya manfaat yang didapatkan anak meliputi:

  • Memiliki rentang perhatian yang baik Saat anak mendeskripsikan benda maka ia akan memperhatikan benda tersebut dan mengingat pengalaman apa yang pernah ia dapatkan saat orang lain menggunakan benda tersebut. Maka dengan mendiskripsikan benda anak akan terlatih memiliki rentang perhatian yang baik.
  • Memiliki fokus yang baik Setelah anak memiliki rentang perhatian yang baik maka anak akan memiliki fokus yang baik. Ketika ia memperhatikan secara otomatis akan memberikan fokus terhadap benda yang diperhatikan. Dengan ini anak akan berlatih fokus terhadap sesuatu.
  • Menunjukkan kemampuan berpikir logis Kemampuan anak dalam mendeskripsikan fungsi benda tentu melibatkan kemampuan berpikir logis dan bernalar kritis. Maka menyebutkan fungsi benda ini menstimulasi nalar kritis dan kemampuan berpikir logis anak usia dini.
Cara melatih anak agar mampu menyebutkan benda dan fungsinya bisa dengan cara berikut:
  • Sering mengajak anak komunikasi seperti melontarkan pertanyaan
  • Menjawab setiap pertanyaan buah hati
  • Meminta anak untuk menyebutkan benda yang ia lihat
  • Mengajak anak menebak nama benda
  • mengajak anak bermain di luar


Minggu, 28 April 2024

PENTING!!! Kita Wajib Mengenalkan Perbedaan Jenis Kelamin pada Anak Usia Dini

 

Perbedaan jenis kelamin pada anak usia dini. Ilustrasi foto: disdikpora.bulelengkab.go.id

Masa usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk anak mengenal diri sendiri. Termasuk masa yang tepat untuk mengenal jenis kelamin sendiri. Mungkin tanpa kita sadari anak sudah belajar dengan sendirinya tentang mengenal jenis kelamin. Anak belajar melalui lingkungan yang ada di sekitarnya. Mengenal jenis kelamin ini merupakan awal mula anak mengenal konsep gender. Jenis kelamin manusia telah ditentukan sejak lahir. Jenis kelamin ini mengacu kepada aspek biologis manusia antara satu jenis dengan jenis lainnya. Aspek biologis terdiri dari kromosom dan gen, kadar dan fungsi hormon, serta susunan sistem reproduksi. Konsep ini akan dipahami anak dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Namun kita sebagai orang tua harus memastikan apakah anak telah memahami hal tersebut di usia 38 bulan. Dengan mengetahui jenis kelamin maka anak akan mengetahui hal apa saja yang boleh dan tidak  boleh dilakukan sesuai dengan jenis kelamin anak. Selain itu anak akan melindungi dirinya dari berbagai bentuk pelecehan seksual, diantaranya:
  1. Dia tidak akan melihat bagian tubuh tertentu dari masing-masing jenis kelamin
  2. Tidak akan menyentuh tubuh orang lain tanpa izin
  3. Tidak akan mengatakan atau mendengarkan suatu hal yang terkait perilaku seksual
  4. Akan menolak jika ada seseorang lawan jenis yang tiba-tiba menyentuhnya atau mengajaknya berhubungan
Pada usia 38 bulan ini anak juga perlu diajarkan untuk tidak telanjang dihadapan orang lain, kita juga dapat mengajarkan bagaimana berpakaian yang sopan. Menjelaskan jika bertanya mengapa ayah punya kumis sedangkan ibu tidak, mengapa ibu melahirkan sedangkan ayah tidak, dan pertanyaan lainnya yang menyangkut tentang jenis kelamin. Ayah dan ibu juga perlu mengenalkan jika laki-laki memiliki penis dan jika perempuan memiliki vagina. Saat ini biasa kita mengenalkan anggota tubuh namun justru lupa mengenalkan bagian kelamin pada anak. Terkadang kita merasa malu dan tabu mengajarkan anak sebutan alat kelamin karena takut anak akan menyebutkan hal itu di depan orang lain. Lalu kita menggunakan kiasan lain untuk anak. Hal ini justru dinilai tidak tepat karena bisa saja saat anak melihat kiasan itu di lingkungan yang ia pikirkan justru alat kelamin. Ayah ibu bisa mengajarkan alat kelamin, bagaimana cara menjaga kesehatannya, bagaimana cara membersihkannya, dan bagaimana cara menjaga keamanan serta keselamatannya.

Kamis, 18 April 2024

LAGU NASIONAL : BAGIMU NEGERI

 


Sudahkah Ayah Bunda melihat Video Lagu Bagimu Negeri diatas ?

Musik nya sangat Indah ya AyBun? dan sangat pelan-pelan sekali bisa mengajarkan anak-anak lebih fokus dengan lagunya serta anak juga bisa belajar membaca liriknya.

Berikut ini ada liriknya yang bisa diajarkan kepada anak-anak AyBund :)

Padamu Negeri Kami Berjanji

Padamu Negeri Kami Berbakti

Padamu Negeri Kami Mengabdi

Bagimu Negeri Jiwa Raga Kami

Bagus yaa... Next kita akan bernyanyi apalagi yaaaa... 

Rabu, 17 April 2024

Mengajarkan Anak Tentang Lampu Lalu Lintas dan Fungsinya ternyata ada Kaitannya dengan Wawasan Kebangsaan dan Nilai Pancasila Loh!

 

Gambar lampu lalu lintas. Ilustrasi foto: seva id

Ayah, Bunda. Saat anak berusia 37 bulan anak sudah dapat mengenal warna, mengenal fungsi benda, dan mengenal anak mampu memahami suatu simbol. Misalnya simbol dari warna lampu lalu lintas. Sederhana, namun terkadang kita lupa untuk mengajarkannya. Kita sering mengajak buah hati kita untuk berkelana atau berkendara di jalan raya namun kita mengabaikan hal-hal yang ada di sekitar. Anak yang aktif bertanya mungkin akan menanyakan apa itu sambil menunjuk lampu lalu lintas. Atau akan menanyakan mengapa kita berhenti saat di persimpangan. Sedangkan anak yang cenderung diam, hanya akan mengungkapkan itu dalam hati atau sebagian tidak mempertanyakan itu. 

Mengenalkan lampu lalu lintas serta fungsinya merupakan aktifitas yang mudah dilakukan dan memiliki manfaat yang banyak. Manfaatnya secara tidak langsung berkaitan dengan wawasan kebangsaan serta nilai Pancasila. Manfaat mengenalkan lampu lalu lintas yang berkaitan dengan wawasan kebangsaan seperti:
  1. Menanamkan jiwa sigap terhadap keselamatan masyarakat: Lampu lalu lintas mengatur pengendara saat berada di jalan raya. Sistem dalam lampu lalu lintas dirancang untuk menjaga keselamatan semua pengguna jalan baik pejalan kaki, pengguna motor, mobil, atau kendaraan lainnya. Dengan memahami lampu lalu lintas dan fungsinya anak akan belajar bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Hal ini menggambarkan gotong royong, kerja sama dalam membangun bangsa.
  2. Menanamkan jiwa patuh atuaran pada anak: Lampu lalu lintas memiliki warna-warna yang menunjukkan instuksi bagi pengguna jalan. Jika pengguna tidak mematuhi maka akan mengganggu keselamatan. Hal ini menciptakan kesadaran patuh aturan dan membentuk warga negara patuh hukum.
  3. Menanamkan keteraturan dan disiplin: Mengikuti sebuah aturan membuat anak menjadi teratur. Dari mengantri lampu lalu lintas anak akan belajar menghargai proses dan sabar mengantri. Hal ini merupakan prinsip yang penting untuk membuat bangsa menjadi lebih maju.
  4. Kesadaran Sosial: Interaksi di jalan raya membuat anak belajar tentang keragaman masyarakat. Anak akan belajar berbagai keragaman budaya, sosial, dan ekonomi akan saling menghormati dan menjaga keamanan. Hal ini memperkuat kerjasama daam kehidupan berbangsa dan keragaman akan dianggap sebagai kekayaan. 
Selain berkaitan dengan wawasan kebangsaan mengajarkan lampu lalu lintas ini juga dapat menanamkan Nilai Pancasila secara tidak langsung. Berikut kaitan mengajarkan lampu lalu lintas pada anak dengan penanaman Nilai Pancasila: 
  1. Keadilan (Keadilan Sosial): Pemahaman tentang aturan lampu lalu lintas membantu anak-anak memahami konsep keadilan. Mereka belajar bahwa setiap orang harus memiliki hak yang sama di jalan raya, dan setiap orang harus mentaati aturan yang sama. Hal ini sejalan dengan nilai Pancasila tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
  2. Kesatuan (Kesatuan Indonesia): Ketika anak-anak belajar untuk berbagi jalan dengan orang lain dan menghormati hak mereka, mereka membangun kesadaran akan pentingnya kesatuan dalam kehidupan berkomunitas. Kesadaran ini merupakan aspek penting dari nilai Pancasila tentang kesatuan Indonesia, di mana keberagaman budaya, suku, dan agama disatukan oleh semangat persatuan.
  3. Demokrasi (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan): Meskipun anak-anak pada usia dini tidak terlibat dalam proses demokrasi secara langsung, pemahaman tentang aturan lalu lintas membantu mereka menghargai pentingnya peraturan yang diterapkan melalui proses demokratis. Mereka belajar bahwa aturan tersebut ada untuk kepentingan bersama dan dibuat dengan pertimbangan yang cermat. Hal ini sejalan dengan nilai Pancasila tentang demokrasi yang berlandaskan musyawarah dan mufakat.
  4. Kemanusiaan (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab): Mengajarkan anak-anak untuk menghormati aturan lalu lintas juga memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Mereka belajar bahwa menghormati aturan dan hak orang lain adalah bagian dari perilaku yang beradab dan menghargai martabat manusia. Hal ini sesuai dengan nilai Pancasila tentang kemanusiaan yang adil dan beradab. 
Jadi, melalui pengajaran lampu lalu lintas pada anak usia dini, nilai-nilai Pentingnya aturan, keadilan, kesatuan, demokrasi, dan kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa dapat ditanamkan dengan lebih efektif, yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Rabu, 03 April 2024

Bermain Bersama Teman Membangun Rasa Persatuan dan Mengembangkan Sosial Emosional Anak


Gambaran anak bermain bersama teman. Ilustrasi foto: mmc.kalteng.go.id

Ayah, Ibu saat anak sudah memasuki usia 34 bulan ia akan mula mengenal teman-temannya dan ia akan mulai turun bermain dengan teman seusianya kadang di usia bawah atau atasnya. Bermain ini mulai dari bermain menggunakan alat permainan atau bahkan bermain imajinasi tanpa alat permainan. Mungkin saat-saat ini kita akan merasa bahwa kita tidak lagi menjadi sosok yang anak cari ketika bangun tidur. Namun tidak apa-apa, karena ini merupakan proses bagi anak untuk bertumbuh dan berkembang.  Bermain bersama teman memiliki banyak manfaat positif bagi perkembangan anak, termasuk membangun rasa persatuan dan mengembangkan keterampilan sosial-emosional. Berikut adalah beberapa alasan mengapa bermain bersama teman penting dalam pembentukan karakter anak:

  • Pembangunan Keterampilan Sosial: Berinteraksi dengan teman sebaya membantu anak memahami norma sosial, seperti berbagi, berempati, dan bekerja sama. Ini membantu mereka belajar mengenali dan menghormati perasaan orang lain.
  • Pengembangan Keterampilan Komunikasi: Bermain bersama teman memungkinkan anak untuk berlatih berbicara, mendengarkan, dan mengekspresikan diri mereka dengan cara yang sesuai dan efektif. Ini membantu mereka menjadi lebih percaya diri dalam berkomunikasi.
  • Pembelajaran Sosial: Melalui bermain, anak-anak belajar mengatasi konflik, menegosiasikan, dan memahami cara berinteraksi dengan orang lain secara positif. Mereka belajar memahami bahwa setiap orang memiliki perasaan dan perspektif yang berbeda.
  • Mengembangkan Empati: Bermain bersama teman membantu anak memahami perasaan orang lain dan melihat dunia dari perspektif mereka. Ini memperkuat kemampuan anak untuk merasakan empati dan membantu teman mereka dalam waktu sulit.
  • Menguji Keterampilan Sosial: Berinteraksi dengan teman sebaya memberikan kesempatan bagi anak untuk mencoba dan menguji keterampilan sosial mereka dalam situasi nyata. Mereka dapat melihat apa yang berhasil dan apa yang tidak, serta belajar dari pengalaman tersebut.
  • Pembentukan Identitas: Melalui interaksi dengan teman sebaya, anak-anak dapat menemukan minat, bakat, dan nilai-nilai yang mereka bagi bersama, yang membantu mereka membangun identitas mereka sendiri.
  • Memperluas Dunia Sosial: Bermain bersama teman membuka anak-anak kepada berbagai budaya, latar belakang, dan pandangan dunia yang berbeda. Ini membantu mereka mengembangkan toleransi, pemahaman, dan penghargaan terhadap keragaman.
  • Meningkatkan Keterampilan Problem Solving: Bermain dengan teman seringkali melibatkan situasi di mana anak-anak harus mencari solusi bersama untuk masalah yang muncul, seperti berbagi mainan atau memecahkan konflik. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang penting untuk kehidupan sehari-hari.

Dengan bermain bersama teman, anak-anak tidak hanya mendapatkan kesenangan dan kegembiraan, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk perkembangan sosial, emosional, dan kognitif mereka di masa depan. Bermain disini anak bebas dengan siapa saja tidak harus sesuai dengan teman pilihan orang tua. Dari sini anak akan belajar menghargai berbagai macam perbedaan. Dan dari situlah ia akan belajar persatuan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk mendukung dan mendorong interaksi sosial anak dengan teman sebayanya.

Minggu, 31 Maret 2024

PENTING!!! Ajarkan Anak Melindungi Diri Agar Terbebas dari Penganiayaan

 


Gambar penganiayaan anak selebgram. Ilustrasi foto: travel.tribunnews.com

Ayah, Ibu saat ini sedang marak berita penganiayaan anak salah seorang selebgram yang dilakukan oleh pengasuhnya. Dari berita yang beredar terdapat beberapa motif penganiayaan. Kita sebagai orang tua tidak bisa mengendalikan apa yang diluar kehendak kita, seperti apa yang dilakukan orang lain kepada anak kita. Namun yang bisa kita lakukan adalah kontrol anak saat bersama pengasuh atau saat bersama orang lain dan ajarkan anak bagaimana melindungi diri saat terjadi hal yang janggal. Mengajarkan anak untuk melindungi diri saat dianiaya adalah langkah penting dalam membangun kepercayaan diri mereka dan memberi mereka keterampilan untuk menghadapi situasi yang mungkin mereka alami. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil:

  • Komunikasi Terbuka: Mulailah dengan membuka saluran komunikasi yang baik dengan anak-anak Anda. Ajarkan mereka bahwa mereka bisa percaya pada Anda dan berbicara tentang segala hal, termasuk hal-hal yang membuat mereka merasa tidak aman atau terancam.
  • Ajarkan Konsep Diri dan Batasan: Berbicaralah dengan anak-anak tentang pentingnya menghormati diri mereka sendiri dan menetapkan batasan pribadi. Ajarkan mereka bahwa mereka berhak untuk merasa aman dan nyaman, dan bahwa mereka memiliki hak untuk menolak perilaku yang tidak diinginkan dari orang lain.
  • Identifikasi Tanda-tanda Bahaya: Ajarkan anak-anak Anda untuk mengenali tanda-tanda bahaya dan situasi yang berpotensi berbahaya. Ini bisa termasuk tindakan fisik, verbal, atau emosional yang merugikan.
  • Latih Keterampilan Sosial: Berikan anak-anak Anda keterampilan sosial yang kuat, termasuk cara membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, berkomunikasi secara efektif, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang damai
  • Role-playing: Bermain peran dengan anak-anak Anda di mana mereka bisa berpura-pura dalam situasi yang berbeda dan mempraktikkan cara untuk melindungi diri mereka sendiri. Ini bisa meliputi meminta bantuan dari orang dewasa, menggunakan kata-kata yang tepat untuk menolak perilaku yang tidak diinginkan, atau bahkan belajar teknik dasar pertahanan diri.
  • Dorong Keterampilan Pengambilan Keputusan: Ajarkan anak-anak Anda cara membuat keputusan yang baik dan aman dalam situasi yang menantang. Berbicaralah tentang pilihan yang tersedia bagi mereka dan akibat dari setiap pilihan.
  • Bicarakan tentang Bantuan: Ajarkan anak-anak Anda untuk mencari bantuan dari orang dewasa yang dipercayai jika mereka merasa dalam bahaya atau tidak aman. Pastikan mereka tahu cara menghubungi Anda atau orang lain yang bisa membantu dalam situasi darurat.
  • Evaluasi Rutin: Lakukan evaluasi rutin dengan anak-anak Anda tentang bagaimana mereka merasa dan apa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Ini memungkinkan Anda untuk tetap terhubung dengan pengalaman mereka dan memberikan dukungan tambahan jika diperlukan.
Ingatlah bahwa mengajarkan anak-anak untuk melindungi diri mereka sendiri adalah proses yang berkelanjutan. Penting untuk terus memperbarui keterampilan mereka dan memberikan dukungan serta bimbingan saat mereka tumbuh dan berkembang.

Rabu, 27 Maret 2024

Benarkah Anak Usia Dini hanya Perlu diajarkan Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah saja?

 


Ayah, Ibu saat ini kebanyakan dari masyarakat Indonesia mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam keseharian. Sebagian lagi mengajarkan bahasa daerah sebagai bahasa yang digunakan dalam keseharian. Namun apakah bahasa yang tepat diajarkan untuk anak usia dini? Apakah bahasa daerah? atau bahasa nasional? atau keduanya saja?

Pendekatan terhadap pengajaran bahasa pada anak usia dini dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya dan pendidikan di masing-masing daerah. Namun, penting bagi anak usia dini untuk diperkenalkan pada bahasa yang sesuai dengan lingkungan mereka. Bahasa daerah dan bahasa Indonesia memang penting sebagai bahasa resmi negara (di Indonesia), dan mengajarkannya kepada anak-anak merupakan bagian penting dari pendidikan mereka. Bahasa daerah memungkinkan anak untuk memahami dan mempertahankan warisan budaya mereka, sementara bahasa Indonesia penting untuk komunikasi nasional dan akses ke literatur dan media yang lebih luas.

Namun, pengajaran bahasa tidak harus terbatas pada bahasa daerah dan bahasa Indonesia saja. Terlepas dari itu, pengenalan awal pada bahasa asing seperti bahasa Inggris juga bisa bermanfaat. Bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional yang digunakan secara luas di berbagai bidang, bisa memberikan manfaat komunikasi dan akses pada sumber daya global di masa depan. Selain itu, pengajaran bahasa pada anak usia dini juga harus mempertimbangkan kebutuhan individual anak serta konteks sosial dan budaya mereka. Mungkin ada bahasa minoritas lain yang penting untuk dipertimbangkan, tergantung pada lingkungan dan latar belakang budaya anak-anak tersebut. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan bahasa anak secara holistik. Maka pengenalan bahasa asing kepada anak usia dini tetap penting dan perlu dilakukan.

Jadi Ayah, Ibu kesimpulannya karena anak usia dini berada pada fase golden age maka perlu diberikan stimulasi yang optimal. Alangkah bagusnya jika distimulasi banyak bahasa.