Senin, 13 November 2023

Penguatan Karakter pada Anak Usia Dini



 
Mengajak anak berkomunikasi dan bermain bersama. Ilustrasi foto: doktersehat

Ayah, Ibu saat ini sering kali kita mendengar tentang penguatan karakter. Namun sesungguhnya apakah kita sudah benar-benar memahami makna karakter? Disini kita akan membahas penguatan karakter anak usia dini, sebelumnya kita akan membahas apa itu karakter. Karakter merupakan sifat batin yang ada dalam diri anak yang dapat diketahui melalui perkataan, perbuatan, dan kebiasaan. Karakter anak bisa diubah ataupun dibentuk karena anak usia dini memiliki cirikhas seperti:

  1. Anak sangat cepat menyerap nilai kebaikan
  2. Anak mudah meniru orang sekelilingnya
  3. Anak mudah menerima perubahan
  4. Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
  5. Anak suka bermain dengan teman-temannya
  6. Anak ingin diterima keberadaannya
Lalu setelah kita mengetahui karakter anak usia dini, apa saja karakter yang perlu kita tanamkan dan kita kuatkan untuk anak usia dini:
  1. Karakter Religius
    Karakter religius disini adalah karakter yang mencerminkan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter religius pada anak usia dini dapat ditanamkan melalui beberapa cara seperti mengajak anak dalam kegiatan ibadah, membiasakan anak berdoa di setiap kegiatan, mengajarkan anak untuk bersahabat dengan anak lain yang berbeda agama, dan mengajarkan anak untuk menghormati siapapun yang berbeda agama.
  2. Karakter Nasionalisme
    Karakter nasionalisme anak usia dini disini mencakup cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap bangsa Indonesia. Hal ini bisa ditanamkan dengan membiasakan menyanyi lagu-lagu kebangsaan dan lagu daerah, ikut serta menyemarakkan hari kemerdekaan, menceritakan cerita-cerita pahlawan, dan mengajarkan pengamalan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Karakter Mandiri
    Mandiri adalah tidak bergantung kepada orang lain. Saat anak memiliki karakter mandiri dia akan mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tidak membebankan diriya kepada orang lain. Sehingga saat anak  dewasa dia mampu hidup dimana saja. Cara menanamkan karakter mandiri dengan membiasakan anak untuk beratih mengerjakan hal-hal dengan sendiri seperti makan sendiri, memakai baju sendiri, bermain sendiri, dan memakai sepatu sendiri. Mungkin hal ini berat dan memakan waktu yang lebih lama daripada saat dibantu oleh orang tua. Namun jika kita sebagai orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan hal ini maka akan terbentuk karakter mandiri dengan sendirinya.
  4. Karakter Gotog Royong
    Karakter gotong royong bisa diajarkan kepada anak usia dini dengan cara-cara yang sederhana. Cara ini bisa diwujudkan dengan menjalin pola komunikasi yang efektif, bersahabat, dan saling tolong menolong. Misalnya anak dilibatkan dalam membantu memasak, anak diajak bermain bersama, dan anak diajarkan berbagi.
  5. Karakter Integritas
    Anak usia dini selalu dapat dipercaya dan jujur baik dalam tindakan maupun perbuatan. Misalnya anak diajarkan untuk selalu datang tepat waktu saat ke sekolah, anak dibiasakan untuk mengerjakan tugas dari sekolah di waktu yang rutin, dan juga diajarkan untuk menabung.
Setelah karakter tersebut ditanamkan maka yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah pengetahuan, penghayatan, dan tindakan karakter. Pengetahuan karakter yang dimaksud adalah orang tua perlu mengakses banyak pengetahuan tentang karakter anak agar saat mulai ada penyimpangan karakter anak orang tua mudah mengatasinya. Selanjutnya dalam penghayatan ini Ayah Ibu dapat adalah mengondisikan anak untuk menghayati nilai-nilai itu dengan baik sehingga timbul kesadaran untuk berbuat baik. Pengondisikan ini adalah suatu kegiatan menanamkan penghayatan atas nilai baik yang telah diketahui oleh anak. Selanjutnya adalah tindakan karakter, tindakan karakter ini seperti motivasi dan fasilitasi agar karakter baik yang dimiliki anak terus bertahan dan berkembang.

HARI PAHLAWAN BAGI ANAK USIA DINI

Poster hari peringatan pahlawan di Surabaya. Ilustrasi foto: merdeka.com


Tanamkan 6 makna penting pada Hari Pahlawan bagi Anak Usia Dini

            10 November menjadi tanggal untuk memperingati Hari Pahlawan setiap tahunnya di Indonesia. Hari Pahlawan merupakan momen untuk mengingat terjadinya pertempuran Surabaya pada 1945 lalu. Momen ini merupakan salah satu momen perjuangan para pahlawan Indonesia di Surabaya melawan tentara Inggris. Hari Pahlawan menjadi bukti bahwa perjuangan meraih serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah. Perjuangan pahlawan kemerdekaan mengusir penjajah telah menginspirasi para generasi penerus untuk terus memiliki nasionalisme. Kesadaran nasionalis ini perlu ditanamkan sejak pada masa kanak-kanak. Hari pahlawan tidak hanya untuk dikenang. Tanamkan kepada anak bahwa mereka harus terus semangat dan pantang menyerah seperti para pejuang. Ini cara paling sederhana untuk menghargai jasa para pejuang.

            Oleh karena itu, peran Ayah Ibu sangat penting dalam mendidik anak untuk menjadi sosok yang bertanggung jawab, berani, tidak pantang menyerah, dan cinta tanah air.

Berikut 6 makna penting yang harus Mama Papa tanamkan pada anak dalam memperingati Hari Pahlawan.

1. Menumbuhkan Rasa Nasionalisme dan Bela Negara

Peringatan Hari Pahlawan setiap tahunnya tentu bertujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan bela negara dalam diri warga negara Indonesia, khususnya anak-anak para penerus bangsa. Momen ini dapat Ayah Ibu gunakan untuk menceritakan kembali sejarah para pejuang Indonesia di masa lampau pasca kemerdekaan Indonesia berhasil diraih. Rasa cinta pada negara sangat penting untuk ditanamkan dalam diri anak sejak dini karena hal ini dapat menjadi salah satu semangat mereka untuk belajar semakin giat.

2. Menanamkan Nilai Perjuangan

Perjuangan para pejuang bangsa Indonesia merupakan suatu hal yang patut untuk diteruskan bagi generasi muda. Jika dahulu para pejuang berjuang dengan berbagai pertempuran di medan perang, berbeda dengan perjuangan yang harus dilakukan generasi muda pada masa ini. Perjuangan tersebut dapat berupa aktivitas maupun karya yang dihasilkan untuk mempertahankan keutuhan negara dan memajukan negara. Nilai juang ini juga harus ditanamkan pada diri masing-masing anak agar selalu semangat dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita.

3. Mengajarkan Arti Keberanian

Keberanian yang ditunjukkan oleh para pejuang Indonesia di masa lampau adalah contoh yang sangat baik untuk generasi muda. Keberanian memperjuangkan hak kebebasan dan bernegara warga Indonesia pada masa lampau merupakan cerminan bagi generasi muda dalam menghadapi berbagai konflik dan isu-isu yang ada di dunia, khususnya dalam hal pendidikan. Nilai keberanian harus dimiliki setiap orang agar punya daya juang dalam hidup.

4. Memberikan Motivasi untuk Memajukan Negara

Momen-momen peringatan hari nasional di Indonesia menjadi suatu motivasi bagi generasi muda untuk mau ikut andil dalam memajukan negara, baik itu dalam hal pendidikan, kesenian, olah raga, kebudayaan, olimpiade, dan masih banyak lagi. Motivasi ini dapat dibangun melalui pengajaran-pengajaran yang tepat dan bimbingan orang tua. Meski zaman sudah berubah, tetapi sejarah dan nilai luhur bangsa Indonesia tidak boleh dilupakan.

5. Mengajarkan Nilai Toleransi bagi sesama

Di era globalisasi ini, anak-anak akan hidup dalam masyarakat yang semakin multikultural. Mempersiapkan mereka dengan nilai-nilai toleransi akan membantu mereka beradaptasi dan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Ini penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan menghargai keragaman. Penanaman nilai-nilai toleransi pada anak usia dini juga mempromosikan pengembangan empati dan rasa saling peduli. Anak-anak belajar untuk memahami perasaan orang lain, berempati terhadap pengalaman mereka, dan menunjukkan sikap peduli terhadap kesejahteraan orang lain. Ini penting dalam membentuk hubungan sosial yang sehat dan membangun komunitas yang harmonis.

6. Mengajarkan Nilai Keberagaman yang Ada di Indonesia

Para pejuang bangsa Indonesia pada masa lampau berasal dari berbagai penjuru daerah yang tersebar di Indonesia. Hal ini memberikan arti bahwa sikap dan sifat gotong royong sangatlah kental dan menjadi warisan budaya Indonesia. Tanpa memandang suku, ras, agama, dan perbedaan-perbedaan lainnya, kemerdekaan Indonesia bisa dipertahankan pada saat itu dan hingga sekarang. Makna penting dari Hari Pahlawan di atas penting untuk Mama Papa sampaikan kepada si kecil. Dengan demikian, hal tersebut dapat membentuk karakter diri seorang anak menjadi pribadi yang gemilang.

Selasa, 07 November 2023

Mengenalkan Makanan Daerah kepada Anak-anak

 

Course: google.com

            Satu upaya penanaman wawasan kebangsaan sejak dini pada anak dapat dilakukan dengan mengenalkan berbagai makanan khas Nusantara. Hal ini penting bagi perkembangan anak ke depannya guna memupuk rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap tanah airnya. Rasa bangga dan cinta itulah yang merupakan cikal bakal rasa nasionalisme. Anak usia dini merupakan generasi bangsa yang akan meneruskan estafet perjuangan bangsa yang kelak akan mengolah dan mengembangkan potensi Indonesia.    

            Mengenalkan anak pada aneka makanan tradisional bisa menjadi salah satu cara kita untuk melestarikan budaya Indoneisa yang sangat kaya. Begitupun dengan mencicipi rasa, kuliner khas tanah air, jiwa nasionalis anak pun ikut terpupuk.

            Makanan tradisional adalah makanan dan minuman, termasuk makanan jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan telah lama berkembang secara spesifik di daerah atau masyarakat Indonesia. Biasanya makanan tradisional diolah dari resep yang sudah dikenal masyarakat setempat dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber lokal yang memiliki citarasa yang relatif sesuai dengan selera masyarakat setempat

Berikut ini beberapa cara untuk mengenalkan makanan tradisional:

a. Sediakan sebagai camilan di rumah

    Dengan lebih sering menyediakan menu makanan tradisional di rumah, lidah anak akan terbiasa dengan kuliner Indonesia. Kuliner Indonesia tidak harus disajikan dengan makanan berat seperti nasi atau mi. Agar tidak bosan, dapat diselingi dengan menyajikan kue-kue tradisional khas nusantara.

b. Memasak makanan tradisional bersama-sama

    Mengenalkan makanan tradisional pada anak bisa dilakukan dengan membuatnya bersama-sama. Kesannya memang agak rumit dan memakan waktu, namun dari memasak bersama orang tua akan terjalin sebuah kedekatan dan tentunya anak akan semakin belajar banyak hal mengenai kuliner Indonesia.

c.  Mengenalkan makanan tradisional pada anak dengan ber-wisata kuliner

       Mengajak anak makan di restoran yang ber tema kan daerah-daerah nusantara dapat membuat anak akan mengenal masakan khas nusantara. 

d. Mengajak anak ke festival kuliner khas daerah

    Memperkenalkan makanan atau kue tradisional tidak harus dilakukan dengan mengunjungi daerah asalnya. Jika keuangan dan terbatasnya waktu tidak bisa membuat Anda langsung berkunjung ke suatu daerah, Anda bisa mengajak si kecil datang ke festival makanan khas daerah. 

            Sebenarnya masyarakat Indonesia boleh mengkonsumsi makanan-makanan asing tanpa meninggalkan makanan-makanan tradisional yang dimiliki Indonesia dan tetap memperhatikan bahaya kesehatannya. Oleh karena itu, penting bagi tenaga pengajar dan pendidik PAUD untuk mengenalkan makanan-makanan tradisional Nusantara beserta potensinya pada anak-anak didiknya secara sederhana dan mudah dimengerti. Para pendidik PAUD juga dapat menyarankan pada orang tua anak-anak didik untuk membiasakan memberikan makanan Nusantara pada anaknya. Makanan terbaik untuk dikonsumsi tentunya jenis makanan yang bergizi dan aman dikonsumsi.


Minggu, 05 November 2023

Yuk, Kita Ajarkan kepada Anak "Hidup Damai itu Indah"

 



 Poret kebersamaan keluarga. Ilustrasi foto: kompansia.com

Hidup damai adalah idaman banyak orang. Hidup yang tanpa konflik dan tanpa permasalahan. Namun hal ini tentunya tidak akan didapatkan dengan mudah. Setiap kehidupan pasti akan terjadi konflik dan permasalahan, yang bisa hanya meminimalisir. Nah, bagaimana cara mengajarkan perdamaian pada anak? Mari kita simak:
  1. Menjadi role model yang baik, orang tua adalah model yang terdekat dengan anak. Dan anak adalah peniru ulung apapun yang dilakukan orang sekitarnya maka akan ditiru. Kita sebagai orang tua hendaknya melakukan hal-hal yang baik terutama dalam hal perdamaian. Agar anak kita dapat meneladani apa yang kita lakukan. 
  2. Selalu ramah dengan sesama manusia dan lingkungan, jika anak selama ini selalu bermain dan beraktifitas di rumah mungkin saat ini waktunya mengajak anak untuk bersosialisasi ke tetangga. Mulai dari bermain ke tetangga, mengunjungi tetangga, dan melaksanakan aktifitas bersama tetangga. Berbagai aktifitas tersebut dapat melatih anak bersosialisasi.
  3. Jaga emosi ketika ada konflik, hidup damai bukan berarti hidup tanpa konflik melainkan tetap ada konflik. Disini anak juga akan mengalami konflik baik skala besar ataupun skala kecil. Hal yang paling penting adalah bagaimana anak belajar mengatasi konflik tersebut. Anak mulai menganalisa emosinya dan jika sudah bisa anak akan belajar mengendalikan emosinya. Jika anak mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi orang tua dapat membantunya. Dengan cara menjelaskan kepada anak tentang emosi apa yang sedang dirasakan dan membantu ajarkan si kecil untuk tetap tenang, kemudian perhatikan situasi sekitar, ajak mereka merenungkan tindakannya, dan bantu ia menemukan solusi yang sesuai.
  4. Mengajari 3 kata ajaib, Salah satu kunci penting dalam menjalani hidup damai adalah mampu menghargai dan menghormati orang lain. Mungkin terdengar berat, tetapi sebetulnya anak dapat mempelajarinya secara sederhana dengan mengenali tiga kata “ajaib”, yaitu “terima kasih”, “maaf”, dan “tolong”. Orang tua bisa mengajarkan untuk mengucapkan kata “terima kasih” setelah ia mendapatkan perlakuan baik dari orang lain; kata “maaf” jika ia berbuat salah; dan kata “tolong” ketika ia hendak meminta bantuan orang lain. Cara terbaik untuk mengajarkan ketiga kata tersebut adalah dengan memberikan contoh langsung. 
  5. Mengajarkan anak untuk tidak merasa dirinya paling kuat, jika seseorang merasa dirinya paling kuat maka ia akan sombong dan mudah menindas. Maka alangkah baiknya jika kita tidak mengajarkan anak untuk merasa paling kuat. Kita cukup mengajarkan anak untuk percaya diri dan bersyukur atas dirinya. Tidak menjadikan dirinya sombong dan merasa paling kuat.

Setelah menerapkan lima cara tersebut diharapkan anak mampu cinta damai baik di lingkungan keluarga ataupun lingkungan yang lain.



JIWA NASIONALISME ANAK PADA PERINGATAN HARI PAHLAWAN



Hallo para orang tua anak bangsa....
Sebentar lagi akan memperingati Hari Pahlawan pada Tanggal 10 November, kira-kira pahlawan favorite anak-anak apa ya?
Tentu anak-anak sudah tahu ya Ayah Ibu, Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Perjuangan pahlawan kemerdekaan mengusir penjajah telah menginspirasi para generasi penerus untuk terus memiliki nasionalisme.
        Pada tanggal 10 November menjadi tanggal untuk memperingati Hari Pahlawan setiap tahunnya di Indonesia. Kesadaran akan jiwa nasionalisme ini perlu ditanamkan sejak pada masa kanak-kanak. Untuk meningkatkan rasa nasionalisme anak, tidak selalu harus dengan cara yang serius dan membosankan. Ayah Ibu bisa menyesuaikannya dengan cara yang menyenangkan dan anak-anak sukai. 

        Ayah Ibu bisa menggunakan cara yang disukai anak-anak namun tetap beredukasi. Nah, berikut ini beberapa cara seru meningkatkan jiwa nasionalisme pada anak yang bisa Ayah Ibu coba:
1. Mengunjungi Museum
    Untuk merayakan hari pahlawan, Ayah Ibu bisa mengajak anak untuk mengunjungi museum-museum yang berisi tentang sejarah bangsa Indonesia. Ini adalah salah satu cara yang efektif sekaligus menyenangkan untuk meningkatkan rasa nasionalisme anak.

    Ada beberapa pilihan museum yang cocok dengan peringatan hari pahlawan yang bisa dikunjungi, seperti: 
a. Museum Jogja Kembali 
    Museum Monumen Jogja Kembali yang berbentuk kerucut ini berisi diorama tentang kembalinya kedaulatan Republik Indonesia pada 1949. Menjadi istimewa karena bangunan Monumen Jogja Kembali berada di sekitar sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu, Keraton, Panggung Krapyak dan Parangtritis dalam satu garis lurus. 
Alamat: Jalan Ring Road Utara, Jongkang, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DI Yogyakarta

    Di museum ini, ibu bersama Si Kecil bisa melihat-lihat banyak koleksi benda peninggalan bersejarah Indonesia, mulai dari arca, prasasti, barang kerajinan, dan benda bersejarah lainnya.

b. Museum Dewantara Kirti Griya 
    Museum Dewantara Kirti Griya menyimpan peninggalan Ki Hadjar Dewantara semasa hidup. Museum yang semula merupakan kediaman pribadi kini menyimpan berbagai koleksi foto, naskah, buku, surat-surat dan berbagai perkakas rumah tangga yang masih terawat dengan baik. 
Alamat: Jl. Taman Siswa No.31, Wirogunan, Kec. Mergangsan, Kota Yogyakarta

    Museum ini memiliki nilai historis dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Ibu bisa mengajak Si Kecil ke Museum Dewantara Kirti Griya untuk mengenalkan sejarah Indonesia.

c. Benteng Vredeburg
    Benteng Vredebreg semula bernama benteng Rustenburgh, yang kemudian berubah menjadi benteng Vredeburg yang artinya “perdamaian”.
Benteng Vredeburg merupakan salah satu bangunan peninggalan masa kolonial yang menjadi saksi peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di kota Yogyakarta.
Alamat: Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta

    Museum ini terletak di pusat kota Yogyakarta yang menjadi tempat perjuangan pahlawan melawan penjajah pada tanggal 10 November 1945. Saat ini museum Benteng Vredeburg berisi berbagai diorama dan benda bersejarah yang menjelaskan perjuangan rakyat Yogyakarta dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Dengan mengajak anak ke museum,  Ayah Ibu dan Si Kecil bisa refreshing sekaligus menambah pengetahuan. Anak-anak yang mengunjungi museum juga akan lebih mudah mempelajari sejarah, karena mereka bisa melihat dan menyentuh langsung objek yang ada di dalamnya.

d. Museum Pusat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Dharma Wiratama 
    Museum Pusat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Dharma Wiratama Museum Pusat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Dharma Wiratama menyimpan berbagai koleksi militer dan berbagai tanda jasa. Museum ini memang dibangun untuk yang mendokumentasikan bakti prajurit TNI Angkatan Darat. 
Alamat: Jl. Jendral Sudirman No. 75 Yogyakarta

2. Mendengar dan Membaca Cerita Rakyat Indonesia
    Anak biasanya gemar mengikuti buku cerita fiksi atau komik. Nah, untuk meningkatkan nasionalisme anak, Ayah Ibu bisa membacakan buku cerita rakyat dari Indonesia, seperti Tangkuban Perahu, Timun Mas, dan Roro Jonggrang. 

3. Nonton Film Sejarah Indonesia
    Menonton merupakan kegiatan yang digemari oleh anak-anak. Ayah Ibu bisa memanfaatkan ini untuk mendidik nasionalisme pada anak. Ayah Ibu bisa mengajak anak nonton film sejarah Indonesia untuk menambah pengetahuan anak, sehingga ia bisa semakin mencintai tanah airnya.
Saat ini, telah banyak film-film tentang sejarah Indonesia yang cukup baik untuk ditonton. Misalnya, Ayah Ibu bisa mengajak anak menonton film Kartini, Soekarno, atau Rudy Habibie untuk mengenalkan pahlawan nasional pada anak.

    Selain itu, Ayah Ibu dan Si Kecil juga bisa menonton film yang memiliki tema perjuangan dan pantang menyerah, seperti Laskar Pelangi untuk mengobarkan semangat anak dalam belajar dan mengejar cita-cita setinggi mungkin.
Setelah selesai menonton film, Ayah Ibu bisa mengajak anak berdiskusi tentang isi film dan hal-hal yang bisa dipelajari dari film tersebut. Dengan begitu, ibu bisa mendidik anak untuk meneladani karakter baik dari pahlawan bangsa, seperti semangat mereka yang tinggi dan rasa cinta mereka yang dalam terhadap tanah air.

4. Memperkenalkan Lagu-Lagu Nasional
    Selain membaca buku dan menonton film, anak juga suka bernyanyi. Oleh karena itu, memperkenalkan lagu-lagu nasional Indonesia pada anak juga bisa menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan rasa nasionalisme anak.
    Biasanya, guru sudah mengajarkan anak-anak menyanyikan lagu-lagu nasional Indonesia di sekolah. Namun, tidak ada salahnya bila Ayah Ibu mengajak Si Kecil untuk menyanyikan lagu-lagu nasional bersama-sama, seperti “Indonesia Raya”, “Bagimu Negeri”, “Garuda Pancasila”, dan lain-lain.

    Selain lagu-lagu nasional, Ayah Ibu juga bisa mengajarkan anak lagu-lagu daerah di Indonesia, seperti “Kicir Kicir”, “Ampar ampar Pisang”, “Apuse”, dan lain-lain. Dengan begitu, anak juga akan tahu keragaman budaya yang ada di Indonesia.