Senin, 05 Juni 2023

Implementasi Nilai Kemanusiaan dalam Keluarga


 Menolong teman sebagai bentuk pengamalan nilai Pancasila Sila ke-2. Ilustrasi foto: paisdtegalkota
 

Nilai kemanusiaan perlu ditanamkan dalam keluarga agar seluruh anggota keluarga dapat memperlakukan manusia lain sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu agar mampu mengembangkan sikap saling mencintai, mengakui persamaan derajat, memikili sikap tenggang rasa dan tepa slira, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

a.    Mengembangkan Kecerdasan Moral Anak Usia Dini

Kecerdasan moral merupakan kemampuan manusia memahami sesuatu yang benar dan yang salah dengan keyakinan etika yang kuat dalam ucapan dan tindakan, sehingga dari keyakinan tersebut menghantarkan manusia menuju sikap yang benar dan terhormat. Kecerdasan moral perlu dikembangkan sejak usia dini agar generasi bangsa kedepan tidak hanya cerdas secara intelektual saja namun juga memiliki kepribadian yang berbudi luhur, berakhlak karimah, serta mampu memfilter kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia.

b.   Perkembangan Moral Anak Usia Dini

Pada hakikatnya anak terlahir dengan membawa potensi kecerdasan. Tingkat kecerdasan pada anak akan mempengaruhi kemampuan perkembangan moral. Karena  dengan  kecerdasan yang matang anak dapat dengan mudah mempelajari konsep benar salah. Moral anak usia dini memiliki tahapan perkembangan yang sesuai dengan usia anak. Berikut tahap perkembangan moral anak usia dini:

1)   Moralitas Prakonvensional

Pada tahap ini anak belum menyadari bagaimana perilaku moral yang benar. Anak masih dikendalikan oleh dasar kepatuhan atas hukuman. Jika perilaku mengarah ke hukuman maka anak akan menghindari perilaku tersebut. Di akhir tahap ini anak mulai memberikan respon dan mau berbagi kepada kelompknya misalnya teman dekat anak, akan tetapi hal ini bukan berdasarkan perasaan keadilan yang sesungguhnya melainkan karena dasar tukar menukar.

2)   Moralitas Konvensional

Pada tahap ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama “Moralitas Anak yang Baik”, anak menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan baik dengan kelompoknya. Tingkatan kedua anak meyakini bahwa jika ada kelompok sosialnya menerima peraturan yang sesuai untuk anggota kelompoknya mereka harus melakukan tindakan sesuai dengan peraturan yang dibuat sehingga mereka terhindar dari ancaman dan ketidak setujuan kelompoknya.

3)   Moralitas Pascakonvensional

Pada tahap ke tiga ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama anak yakin bahwa harus ada kenyamanan dalam hal moral yang dapat memungkinkan adanya perubahan standar moral, jika ini terbukti maka akan menguntungkan kelompoknya. Tingkatan kedua anak menyesuaikan diri dengan standar sosial dan keinginan internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas dari diri sendiri bukan karena ancaman sosial.

c.    Metode Mengembangkan Moral Anak Usia Dini

Pengembangan moral pada anak dapat dilakukan melalui beberapa cara  yaitu dengan pendidikan secara langsung, identifikasi, dan memberi anak kesempatan untuk mencoba. Berikut penjelasannya:

1)   Pendidikan Langsung

Anak belajar secara langsung atau nyata. Anak mengikuti dan melihat bagaimana berilaku orang tua dan orang yang ada di sekitarnya. Orang tua dapat secara langsung memberikan contoh perilaku moral yang baik. Selain itu orang tua dapat secara langsung memberikan arahan untuk anak melakukan perilaku moral yang baik.

2)   Identifikasi

Melalui identifikasi atau dengan modelling juga merupakan teknik yang bagus dalam membiasakan perilaku. Jika dalam kehidupan sehari-hari anak terbiasa melihat perilaku orang yang ada di sekitarnya. Hal ini karena merreka mengagumi sosok idolanya sebagai sesuatu yang harus diikuti sehingga mereka melakukan apa yang biasa dilakukan sosok idolanya. Sosok idola ini bisa ayah, ibu, kakak, atau orang dewasa yang lain. Dengan memiliki sosok idola maka dapat memberikan pengaruh dalam perkembangan moral anak.

3)   Memberikan Anak Kesempatan untuk Mencoba

Seringkali  kita melihat anak mencoba perilaku yang baik dan buruk saat melakukan aktivitas. Ketika anak melakukan sesuatu yang baik dan mendapatkan pujian atau penghargaan maka ia akan melakukan perbuatan tersebut secara terus menerus. Dan ketika anak melakukan suatu hal yang buruk dan mendapatkan hukuman maka ia akan menghentikan perbuatan tersebut secara spontan. Biasanya teknik ini disebut dengan teknik trial and error atau proses coba-coba.


Tidak ada komentar: