Nilai kemanusiaan perlu ditanamkan
dalam keluarga agar seluruh anggota keluarga dapat memperlakukan manusia lain
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu agar mampu mengembangkan sikap saling mencintai, mengakui persamaan
derajat, memikili sikap tenggang rasa dan tepa slira, dan menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan.
a.
Mengembangkan Kecerdasan Moral Anak Usia Dini
Kecerdasan
moral merupakan kemampuan manusia memahami sesuatu yang benar dan yang salah
dengan keyakinan etika yang kuat dalam ucapan dan tindakan, sehingga dari
keyakinan tersebut menghantarkan manusia menuju sikap yang benar dan terhormat.
Kecerdasan moral perlu dikembangkan sejak usia dini agar generasi bangsa
kedepan tidak hanya cerdas secara intelektual saja namun juga memiliki
kepribadian yang berbudi luhur, berakhlak karimah, serta mampu memfilter
kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia.
b.
Perkembangan Moral Anak Usia Dini
Pada
hakikatnya anak terlahir dengan membawa potensi kecerdasan. Tingkat kecerdasan
pada anak akan mempengaruhi kemampuan perkembangan moral. Karena dengan
kecerdasan yang matang anak dapat dengan mudah mempelajari konsep benar
salah. Moral anak usia dini memiliki tahapan perkembangan yang sesuai dengan
usia anak. Berikut tahap perkembangan moral anak usia dini:
1)
Moralitas Prakonvensional
Pada
tahap ini anak belum menyadari bagaimana perilaku moral yang benar. Anak masih
dikendalikan oleh dasar kepatuhan atas hukuman. Jika perilaku mengarah ke
hukuman maka anak akan menghindari perilaku tersebut. Di akhir tahap ini anak
mulai memberikan respon dan mau berbagi kepada kelompknya misalnya teman dekat
anak, akan tetapi hal ini bukan berdasarkan perasaan keadilan yang sesungguhnya
melainkan karena dasar tukar menukar.
2)
Moralitas Konvensional
Pada
tahap ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama “Moralitas Anak yang Baik”,
anak menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapatkan persetujuan orang lain dan
untuk mempertahankan hubungan baik dengan kelompoknya. Tingkatan kedua anak
meyakini bahwa jika ada kelompok sosialnya menerima peraturan yang sesuai untuk
anggota kelompoknya mereka harus melakukan tindakan sesuai dengan peraturan
yang dibuat sehingga mereka terhindar dari ancaman dan ketidak setujuan
kelompoknya.
3)
Moralitas Pascakonvensional
Pada
tahap ke tiga ini terdapat dua tingkatan. Tingkatan pertama anak yakin bahwa
harus ada kenyamanan dalam hal moral yang dapat memungkinkan adanya perubahan
standar moral, jika ini terbukti maka akan menguntungkan kelompoknya. Tingkatan
kedua anak menyesuaikan diri dengan standar sosial dan keinginan internal
terutama untuk menghindari rasa tidak puas dari diri sendiri bukan karena
ancaman sosial.
c.
Metode Mengembangkan Moral Anak Usia Dini
Pengembangan
moral pada anak dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu dengan pendidikan secara langsung,
identifikasi, dan memberi anak kesempatan untuk mencoba. Berikut penjelasannya:
1)
Pendidikan Langsung
Anak
belajar secara langsung atau nyata. Anak mengikuti dan melihat bagaimana
berilaku orang tua dan orang yang ada di sekitarnya. Orang tua dapat secara
langsung memberikan contoh perilaku moral yang baik. Selain itu orang tua dapat
secara langsung memberikan arahan untuk anak melakukan perilaku moral yang
baik.
2)
Identifikasi
Melalui
identifikasi atau dengan modelling juga merupakan teknik yang bagus dalam
membiasakan perilaku. Jika dalam kehidupan sehari-hari anak terbiasa melihat
perilaku orang yang ada di sekitarnya. Hal ini karena merreka mengagumi sosok
idolanya sebagai sesuatu yang harus diikuti sehingga mereka melakukan apa yang
biasa dilakukan sosok idolanya. Sosok idola ini bisa ayah, ibu, kakak, atau orang
dewasa yang lain. Dengan memiliki sosok idola maka dapat memberikan pengaruh
dalam perkembangan moral anak.
3)
Memberikan Anak Kesempatan untuk Mencoba
Seringkali kita melihat anak mencoba perilaku yang baik
dan buruk saat melakukan aktivitas. Ketika anak melakukan sesuatu yang baik dan
mendapatkan pujian atau penghargaan maka ia akan melakukan perbuatan tersebut
secara terus menerus. Dan ketika anak melakukan suatu hal yang buruk dan
mendapatkan hukuman maka ia akan menghentikan perbuatan tersebut secara
spontan. Biasanya teknik ini disebut dengan teknik trial and error atau
proses coba-coba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar